Bolang baling Pak Trimo

Makanan khas Semarang yakni bolang baling dan cakue. Menurut sejarah cakue sebenarnya merupakan makanan asli Tiongkok. Cakue berarti hantu yang digoreng. Nama ini digunakan karena berhubungan dengan sejarah asal-usul makanan ini.

Cakue merupakan symbol kebencian rakyat Tiongkok atas Chin Kwe yang dianggap sebagai pengkhianat Negara. Kemudian ada orang yang membuat model manusia dari tepung terigu yang mencerminkan Chin Kwe dan istrinya. Adonan tersebut dijadikan satu lalu digoreng dan dimakan.

Dulu makanan ini dinamakan Yu-Zha (artinya goreng dengan minyak) Qin Kuai, kemudian diringkas Yu Zha Kuai (Hokkian Yu Cah Kwe), lalu dipersingkat lagi menjadi Cahkwe atau cakue.

Salah satu jenis dari cakue adalah bolang baling. Bolang baling biasa disebut kue bantal karena bentuknya yang mirip bantal ukuran mini. Di sini, kedua penganan itu menjadi salah satu makanan khas kota Semarang.
Banyak pembuat makanan ini di Semarang, salah satunya Pak Trimo yang berdomisili di Tanah Mas. Saat ini dia sudah memiliki enam kios bolang baling dan cakue yang tersebar di beberapa daerah di Semarang. Diantaranya ADA Siliwangi, Hypermart, ADA Setiabudi, Toko Buku Merbabu.

“Penjualan bolang baling dan cakue disini lumayan banyak pembelinya. Dalam sehari kadang bisa menjual semua bolang baling dan cakue,” kata Markomah (30) penjaga kios bolang baling di ADA Siliwangi.

Dia mengaku mampu menjual 200 buah bolang baling dan cakue. “Kami sudah memiliki banyak pelanggan,” tuturnya. Tiap harinya kios bolang baling ini ramai dikunjungi pembeli.

Bicara mengenai harga, harga yang ditawarkan pun sangat terjangkau bagi seluruh lapisan masyarakat. Hanya dengan Rp 1500 rupiah kita bisa mendapatkan bolang baling atau cakue.

“Bolang baling Pak Trimo ini enak, murah dan ukurannya juga besar. Cakue juga tidak kalah enaknya dengan bolang baling. Rasanya gurih,” papar Mahmud (34) salah satu pembeli. (Wara)